VISAO MISAO OBJECTIVO HAKSESUK BOLA FH KKN HOME FH LPV ARTIGOS FH MUZIKA LIA MENON FH RESPONDE

20070508

Mau Bere, Saudaraku, BANGKITLAH ENGKAU!

Mau Bere, Saudaraku,
BANGKITLAH ENGKAU!

Dalam buku “Hari-hari Akhir Timor-Portugis”*, Eliza Meskers Tomodok* menulis: “Beberapa waktu…, di luar dugaan saya, J.M. Ramos Horta menemui saya lagi. Ia menyerahkan sehelai kopi surat terbuka yang berjudul Mau Bere (saudaraku) yang secara puitis melukiskan keadaan dan penderitaan rakyat Timor Portugis. Kalau diterjemahkan secara bebas berbunyi sebagai berikut”:

MAU BERE, SAUDARAKU

Aku memutuskan untuk menulis surat bagimu hari ini.

Hari ini adalah hari minggu. Semua orang berada di rumah atau di gereja, membuat tanda salib sambil mengaku dosanya, dosa, sebesar-besarnya dosa. Orang-orang berada dilapangan atau di pantai laut. Aku berada di sini. Dan aku memikirkanmu, Mau Bere, Saudaraku.

Waktu makan malam, aku merasa lapar. Tetapi aku tak pergi makan. Aku tetap tinggal di sini memikirkanmu. Aku membayangkan apa yang engkau lalui setiap hari. Setiap jam dan setiap menit. KELAPARAN. Kelaparan yang membohongi keberuntungan dengan ubi-kayu, butiran jagung. Bukan nasi, karena tidak ada beras. Dan kau memang tak pernah makan nasi. Beras yang kau hasilkan dengan keringat sendiri adalah untuk orang lain. Kau menjualnya kepada orang Cina yang menipumu dalam timbangan, menipumu dengan tuak, tembakau, dan barang-barang kecil lainnya.

Mau Bere, Saudaraku, aku kasihan padamu. Karena engkau ditipu dan tak seorang pun membelamu.

Mau Bere, engkau yang makan sirih, yang berjalan dengan kain usang, kain yang dipusakakan oleh orang tuamu yang telah tiada, yang merokok dengan kulit jagung, yang tersenyum dengan senyuman yang merah karena sirih, darah, pemberontakan.

Mau Bere, bangkitlah kamu, berjalan bersamaku.

Marilah, Mau Bere.

Jangan tidur lagi. Sekarang waktunya bagimu untuk bangun. Matahari telah terbit. Cahayanya adalah juga untukmu. Tetapi semua sama saja. Hari ini sama seperti kemarin. Besok juga akan sama. Kain usangmu. Sirihmu. Senyum merahmu.

Maubere, Saudaraku, apa yang kulakukan untukmu? Aku bersamamu. Dalam perjuangan untuk tetap hidup aku berada disampingmu. Aku merasa mual. Mual atas segalanya dan atas semuanya. Aku akan minum. Untuk mematikan rasa mualku.

Mau Bere, Saudaraku, BANGKITLAH ENGKAU!

Saudaramu.

Menurut Eliza Meskers Tomodok, Ramos Horta adalah seorang pelajar yang kritis dan berani. Tulisan-tulisan kritisnya banyak mengandung hasutan politik. Keadaan rakyat adalah fonte inspirasi dan kata kemerdekaan selalu dalam pikirannya.

* Eliza Meskers Tomodok, Hari-hari Akhir Timor Portugis. Pustaka Jaya; Cet. 1. Jakarta. 1994.
*Konsul/Kepala Perwakilan RI untuk Timor Portugis di Dili, 1972-1976.

By Arlindo Kahikata Fernandes, 8 Mei 2007

Sem comentários:

Enviar um comentário

Nota: só um membro deste blogue pode publicar um comentário.